Wednesday, March 9, 2022

Habis Bensin di Antah Berantah, Eksplore Bumi Laskar Pelangi

Danau Kaolin Di Belitung

Hari ke-2 di Belitung saya berencana mengunjungi Danau Kaolin, dan paling jauh saya ingin mengunjungi Gantong. Ada beberapa destinasi menarik disana, seperti Museum Kata dan Replika Sekolah Laskar Pelangi. Kalau masih memiliki waktu saya mau bermain ke pantai di sekitar Manggar juga.

Saya bangun pagi dan sarapan. Sendiri menaiki motor, bermodalkan Google map saya pun meluncur ke Danau Kaolin. Ada beberapa danau bekas galian tambang timah di pulau ini. Yang paling dekat dan sejalan dengan rute saya ke Manggar adalah Danau Kaolin yang kearah jalan bandara. Meskipun masih jam 8 pagi, tapi panasnya puoll pake banget. Butuh sekitar 20 menit menuju ke lokasi danau tersebut. Dan begitu sampai saya kaget karena sepi banget. Tepi danau dipagari pembatas agar pengunjung tidak bablas sampai ke bibir danau yang tanahnya masih labil. Karena katanya pernah ada kejadian wisatawan terperosok jatuh ke dalam danau dan meninggal.

Papan Larangan di Danau Kaolin

Danau Kaolin ini merupakan danau bekas galian tambang timah. Kalau kalian lihat dari pesawat, pulau belitung maupun bangka penuh dengan lubang-lubang galian tambang timah yang sudah tidak digunakan lagi. Alhasil dari atas tampak seperti bopeng-bopeng. Tapi beberapa di antaranya ada yang terisi air dan menjadi danau. Dari danau-danau tersebut beberapa di antaranya ada yang berwarna biru tosca bergradasi. Warna tersebut muncul dari kaolin yang terdapat di cerug danau tersebut, sejenis mineral tanah liat yang mengandung aluminium silikat, material yang kerap digunakan untuk membuat porselen.

Cerug-Cerug Pada Kawasan Tambang Yang Membentuk Danau

Puas berfoto di sekitaran danau yang sepi ini saya pun melanjutkan perjalanan ke Gantong. Dari posisi saya saat itu ke Gantong butuh waktu 1 jam 30 menit, ya satu setengah jam naik motor. Percayalah perjalanan 1 jam 30 menit itu serasa lama banget karena di jalani sendiri (duhhhh kasihannnn, hahahahahah). Kondisi jalanan sangat bagus dan sepi banget. Alhamdulillah belitung masih aman dari tindak kriminal di jalanan, atau memang saya aja yang pas lagi beruntung saat itu. Pemandangannya pun bervariasi, mulai dari perkebunan, hutan, savana, perkampungan, balik lagi ke perkebunan, savana, begitu seterusnya. Hahahahah

Sekitar pukul 12 siang saya tiba di Gantong saya langsung ke Replika Sekolah Laskar Pelangi. Bermodalkan Googelmap akhirnya saya pun sampai di Replika SD Muhammadiyah. Meskipun bukan set asli, tapi bangunannya mirip sekali. Harga tiket masuknya sekitar Rp. 5000. Di dalam kawasan wisata ini cuma terdapat satu bangunan sekolah dengan 3 ruangan di dalamnya. Kita bisa memasuki ruangan-ruangan tersebut dan merasakan atmosfer ruang belajar anak-anak laskar pelangi seperti yang ada di film. 

Areal Parkir Kawasan Wisata SD Muhammadiah

Replika SD Muhammadiah

Interior Ruang Kelas

Interior Ruang Kelas

Sampai Kayu Penopang Dinding Juga dibuat Semirip Mungkin

Harus In Frame ya, hahahaha

Setelah berkeliling dan mengambil foto dokumentasi di SD Muhammadiayh ini saya berlajut ke destinasi selanjutnya. Museum Kata Andrea Hirata. Tidak bisa dipungkiri kalau Pulau Belitung menjadi dikenal lebih banyak orang lagi karena buku laskar Pelangi yang ditulis oleh sastrawan Andrea Hirata. Hal tersebut makin booming stelah buku tersebut di filimkan dan menampilkan set-set yang sangat menakjubkan. Makanya saat ini Pulau Belitung mendapat sebutan Bumi Laskar Pelangi. Dan saya akhirnya menjadi "korban" dari propaganda filim tersebut. hahahaha... 

Museum Kata ini diresmikan dan terbuka untuk umum pada tahun 2012. Dibangun secara swadaya oleh sang penulis, Museum Kata ini merupakan museum literasi pertama yang ada di Indonesia. Museum ini didirikan di salah satu bangunan yang sudah berdiri selama sekitar 200 tahun. Jadi saat memasukinya kita akan merasakan ambience rumah-rumah di perkampungan belitung zaman dahulu. Tidak sulit untuk mengenali museum ini dari pinggir jalan karena warnanya yang sangat colorful. Di dalamnya dipajang karya-karya Andrea Hirata beserta 200 karya sastra dari penulis dalam dan luar negeri.

Museum Kata yang Colorful, Mudah Dikenali dari Jalan

Halaman Museum

Ruang Tamu/ Voyer dari Museum Kata

Potongan Scene dari Filim Laskar Pelangi

Buku Laskar Pelangi dalam Berbagai Bahasa

Galery dalam Museum Laskar Pelangi


Ruang Serbaguna di dalam Museum

Di dalam museum kita bisa menemukan beberapa ruangan berisi karya-karya sastra. Ada beberapa pojok yang menampilkan poster dan penggalan scene yang diambil dari filim-filim yang di adaptasi dari buku-bukunya Andrea Hirata. Beberapa sisi dinidng dihias dengan kata-kata yang merupakan kutipan dari buku-bukunya. Salah satu yang saya suka adalah "Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu"

Di dalam museum juga ada beberapa ruang komunal seperti Kedai Kopi Kuli yang nuansa ruangannya persis seperti kedai-kedai kopi rakyat yang lengkap dengan tungku masaknya. Ada juga ruang pertunjukan yang dapat dimanfaatkan untuk diskusi kecil yang mampu menampung hingga 50an orang. Kalau berkunjung ke Belitung jangan lupa masukkan destinasi ini ke list kunjungan ya, harga tiket masuknya Rp. 50.000 per orangnya.

Kopi Kuli

Perkakas di dalam Kopi Kuli

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang saya pun bergegas menuju ke Manggar. Waktu yang dibutuhkan untuk samapi ke Kota Manggar adalah 47 menitan. Tidak banyak yang bisa saya lakukan di Manggar karena saya sampai di kota ini sudah sekitar pukul 3 sore. Buat yang belum tau, Manggar dikenal dengan denga julukan Kota 1001 Warung Kopi. Sampai-sampai dibuatin tugu sama Pemdanya. Saya cuma sempat bermain ke Pantai Serdang. Pantai dengan pasir putih sebelum kemudian saya memutuskan kembali ke Tanjungpandan karena waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Pantai Serdang

Ninggalin Jejak dengan berfoto di Pantai Serdang

Sedikit kisah di perjalanan pulang. Udah tahu dong kalau perjalanan pulang akan memakan waktu hampir 2 jam. Kebetulan motor yang saya sewa bukan yang Fuel Injection jadi makan bensinnya boros banget. Sewaktu di Manggar masih sisa setengah itu bensin. Saya berencana kalau habis nanti isi ketengan di pinggir jalan saja. 1 jam perjalanan kondisi bensinnya kritis in the midle of nowhere. Ditambah lagi cuaca mendung dan pelan-pelan turun gerimis, ahh lengkap dong kayak di scene filim thriller. Hingga akhirnya motor berhenti total karena kehabisan bahan bakar, saya tidak melihat satupun bensin ketengan di pinggir jalan. Alhasil berhenti lah saya di tengah padang savana yang gak ada aktivitas apa-apa sama sekali. Kedaraan yang lewatpun bisa dihitung dengan jari... Hopeless mau minta tolong sama siapa..

Hingga akhirnya ketika saya sedang mendorong motor di pinggir jalan muncul seorang bapak-bapak naik motor. Penampilannya sepertinya dia habis dari kebun dan mau pulang. Mungkin terlihat kasihan dorong motor di antah berantah, si bapak nawarin buat dorong motor saya dengan sebelah kakinya sembari dia mengendarai motornya (tau dong posisinya). Sekitar 20 menit perjalanan barulah kami menemukan bensin ketengan di pinggir jalan. Si Bapak langsung pergi, belum sempat basa-basi, saya teriak makasih pak dengan keras sekali sampai penjual bensin kaget. haahahahaha...



Habis Bensin di Antah Berantah, Eksplore Bumi Laskar Pelangi

Danau Kaolin Di Belitung Hari ke-2 di Belitung saya berencana mengunjungi Danau Kaolin, dan paling jauh saya ingin mengunjungi Gantong. Ada ...